Model Pengembangan Kurikulum Grass Roots


KONSEP ATAU PENGERTIAN MODEL GRASS ROOTS
 
Model pengembangan kurikulum ini merupakan kebalikan dari model the administratif model. Model ini lahir dari asumsi yang dikemukakan oleh Stanley dan Shores yang dikutip dari Nana Syaodih Sukmadinata ”…..guru adalah perencana, pelaksana, dan juga penyempurna dari pengajaran di kelasnya. Dialah yang paling tahu kebutuhan kelasnya, oleh karena itu dialah yang paling kompeten menyusun kurikulum bagi kelasnya.” (2008: 163).
Model Grass roots merupakan kebalikan dari model Adminitratif. Model grass roots yang disebut juga dengan istilah pendekatan bottom-up, yaitu suatu proses pengembangan kurikulum yang diawali dari keinginan yang muncul dari tingkat bawah (sekolah/guru). Keinginan ini biasanya didorong oleh hasil pengalaman yang dirasakan pihak sekolah/guru, di mana kurikulum yang sedang berjalan dirasakan terdapat beberapa masalah atau ketidaksesuaian dengan kebutuhan dan potensi yang tersedia di lapangan.
Model pengembangan ini juga merupakan sistem pendidikan yang bersifat desentralisasi. Model ini dikenal juga sebagai model desentralisasi karena inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum model pengembangan kurikulum yang dimulai dari bawah yaitu guru dan sekolah. Model ini lebih demokratis karena digagas sendiri oleh pelaksana di lapangan, sehingga perbaikn bisa dimulai dari unit yang paling terkecil dan spesifik hingga ke yang lebih besar sedangkan pemerintah/administrator cukup memberikan arahan, bimbingan serta dorongan saja. Model bisa berangkat dari sekelompok guru yang mengadakan pengembangan kurikulum. Pengembangan itu sendiri dapat hanya berupa bagian dari komponen kurikulum, beberapa bidang studi, ataupun keseluruhan komponen kurikulum. Guru merupakan perencana, pelaksana, dan sekaligus penilai pengajaran di sekolah. Kepala sekolah sebagai pimpinan tim administrasi, juga bisa membantu guru dalam membantu pengembangan kurikulum model ini. Dari sini terlihat bahwa pengembangan model ini sangat tergantung pada kerja sama guru-guru, guru-kepala sekolah, bahkan jugaa antar sekolah.Pengembangan kurikulum model demokratis ini memungkinkan terjadinya kompetisi antarsekolah, kelompok sekolah, bahkan sampai pada tingkat daerah. Kreativitas orang-orang yang mempunyai peranan penting di dunia pendidikan akan besar pengaruhnya dalam memberikan warna pada model kurikulum yang dihasilkan.
Secara singkat diagram kerja pengembangan model grass roots sebagai berikut:
Pengembangan kurikulum yang bersifat grass roots, mungking hanya berlaku untuk bidang studi tertentu atau sekolah tertentu, tetapi mungkin pula dapat digunakan untuk bidang studi sejenis pada sekolah lain, atau keseluruhan bidang studi sekolsh atau daerah lain.  Keuntungan dari model ini adalah proses pengambilan keputusan terletak pada pelaksana, mengikut sertakan pihak bawah khususnya para staff mengajar dan memungking terjadinya kompetensi di dalam meningkatkan mutu dan sistem pendidikan, yang pada giliranya akan melahirkan manusia-manusia yang lebih mandiri dan kreatif.
Agar jelas, berikut konsepnya :
a)  Inisiatif pengembangan datangnya dari bawah (para pengajar)
b) Tim pengajar dari beberapa sekolah ditambah narasumber lain dan orang tua peserta didik atau masyarakat luas yang relevan
c) Pihak atasan memberikan bimbingan dan dorongan
d) Untuk pemantapan konsep pengembangan yang telah dirintisnya diadakan lokakarya untuk mencari input yang diperlukan.

PRINSIP-PRINSIP MODEL GRASS ROOTS
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan kurikulum model Grass Roots, di antaranya :
1) Kurikulum akan bertabah baik, jika kemampuan keprofesionalan guru bertambah baik. Sehingga guru harus memiliki kemampuan yang propesional;
2) guru harus terlibat penuh dalam perbaikan kurikulum, penyeselaian permasalahan kurikulum; Kompetensi guru akan bertambah baik, jika guru terlibat secara priadi didalam merevisi kurikulum.
3) guru harus terlibat langsung dalam perumusan tujuan, pemilihan bahan, dan penentuan evaluasi; Jika guru terlibat dalam merumuskan tujuan yang ingin dicapai, menyeleksi, mendefinisikan dan memecahkan masalah, mengevaluasi hasil, maka hasil pengembangan kurikulum akan lebih bermakna
4) seringnya pertemuan pemahaman guru dan akan menghasilkan konsensus tujuan, perinsip, maupun rencana-rancana. Hedaknya diantara guru-guru terjadi kontak langsung sehigga mereka dapat saling memahami dan mencapai suatu konsesus tentang prinsip-prinsip dasar, tujuan dan rencana.
Ada beberapa hal yang harus diantisipasi dalam model ini, diantaranya adalah akan bervariasinya sistem kurikulum di sekolah karena menerapkan partisipasi sekolah dan masyarakat secara demokratis. Sehingga apabila tidak terkontrol (tidak ada kendali mutu), maka cenderung banyak mengabaikan kebijakan dari pusat. (E. Mulyasa, 2006: 99 – 100)
 Untuk terlaksananya pengembangan kurikulum model grass roots ini diperlukan kepedulian dan profesionalisme yang tinggi dari pihak sekolah antara lain yaitu.
a.       Sekolah/guru bersifat kritis untuk menyikapi terhadap kurikulum yang
sedang berjalan
b.      Sekolah/guru memiliki ide-ide inovatif dan bertanggung jawab untuk
mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang dimiliki
c.       Sekolah/guru secara terus menerus terlibat dalam proses pengembangan
kurikulum
d.      Sekolah/guru bersikap terbuka dan akomodatif untuk menerima masukan-
masukan dalam rangka pengembangan kurikulum.

LANGKAH-LANGKAH DAN PROSEDUR MODEL GRASS ROOTS
Model pengambangan kurikulum ini dapat dikembangakan pada lingkup luas maupun dalam lingkup yang sempit. Dapat berlaku untuk bidang studi tertentu atau sekolah tertentu, tetapi dapat pula digunakan untuk beberapa bidang studi maupun pada beberapa sekolah yang lebih luas. Pengembangan kurikulum model grass roots ini secara teknis operasional bisa dilakukan  dalam pengembangan kurikulum secara menyeluruh (kurikulum utuh), maupun pengembangan hanya terhadap aspek-aspek tertentu saja. Misalnya pengembangan untuk satu mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran tertentu, pengembangan terhadap metode dan strategi pembelajaran, pengembangan visi dan misi serta tujuan, dan lain sebagainya. Dalam prosesnya, guru-guru harus mampu melakukan kerja operasional dalam pengembangan kurikulum secara kooperatif sehingga dapat menghasilkan suatu kurikulum yang sistemik.
Oleh karena itu pengembangan kurikulum model ini sangat membutuhkan dukungan moril maupun materil yang bersifat kondusif dari pihak pimpinan. Ada beberapa hal yang harus diantisipasi dalam model ini, di antaranya adalah akan bervariasinya sistem kurikulum di sekolah karena menerapkan partisipasi sekolah dan masyarakat secara demokratis. Sehingga apabila tidak terkontrol (tidak ada kendali mutu), maka cenderung banyak mengabaikan kebijakan pusat.Dengan demikian yang dimaksud pengembangan kurikulum baik dengan pendekatan top down approach maupun grass roots approach secara teknis bisa pengembangan terhadap kurikulum secara menyeluruh (kurikulum utuh), atau pengembangan hanya berkenaan dengan bagian atau aspek-aspek tertentu saja sesuai dengan kebutuhan. Adapun perbedaan yang sangat mendasar bahwa pendekatan grass roots, inisiatif perbaikan dan penyempurnaan muncul dari arus bawah (sekolah/guru) seperti tertera pada tanda panah disamping ini. Adapun tahap-tahap yang dilakukan ketika mengembangkan kurikulum dengan menggunakan pendekatan grass roots pada dasarnya sama dengan langkah-langkah pendekatan administratif approach (administratiftop down sedangkan grassroot bottom up, yaitu seperti bagan berikut:
Ada beberapa langkah-langkah penyempurnaan kurikulum yang dapat kita lakukan manakala menggunakan pedekatan grass roots ini yaitu
1) Menyadari adanya masalah. Pendekatan Grass roots biasanya diawali dari keresahan guru tentang kurikulum yang berlaku. Misalnya didasarka ketidak cocokan penggunaan strategi pembelajaran, atau kegiatan evaluasi seperti yang diharapkan, atau masalah kurangnya motivasi belajar siswa sehingga kita merasa terganngu. Pemahaman dan kesadaran guru akan adanya suatu masalah merupakan kunci dalam grass roots.
2) Mengadakan Refleksi. Kalau kita merasakan adanya masalah, maka selanjutnya mencari penyebab munculnya masalah tersebut. Refleksi dilakukan dengan mengkaji literature yang relevan misalnya dengan membaca buku, jurnal hasil penelitian yang relevan dengan masalahyang kita hadapi.
3) Mengajukan hipotesis atau jawaban sementara berdasarkan hasil kajian refleksim serta menetapkan berbagai kemugkinan munculnya masalah dengan cara penanggulangannya.
4) Menentukan hipotesis yang sangat mungkin dekat dan dapat dilakukan dengan situasi dan kondisi lapangan.
5) Mengimplementasikan perencanaan dan mengevaluasinya secara terus menerus hingga terpecahkan masalah yang dihadapi.
6) Membuat dan menyusun hasil pelaksanaan pengembangan melalui Grass roots. Prosedur ini sangat penting dilakukan sebagai bahan publikasi dan diseminasi, sehingga memungkinkan dapat diterapkan oleh orang lain yang pada giliranya hasil pengembangan dapat tersebar.
  
Manakala kita perhatikan, peran guru sebagai implementator perubahan dan penyempurnaan kurikulum dengan pendekatan grass roots sangat menentukan. Tugas para administrator dalam pengembangan dengan pendekatan ini, tidak lagi berperan sebagai pengendali pengemabangan akan tetapi sebagai motivator dan fasilitator.

Comments